BISNIS AYAM GEPREK ITU PALING MUDAH DAN PALING UNTUNG SE INDONESIA LOH ! (Cerita sederhana membuat geprek jadi nge-hits) oleh : Yuyun Anwar (praktisi tehnologi Olahan Pangan) « YuyunAnwar.Com
pelatihan-kuliner-yuyun-anwar

Jumat, 08 Desember 2017

BISNIS AYAM GEPREK ITU PALING MUDAH DAN PALING UNTUNG SE INDONESIA LOH ! (Cerita sederhana membuat geprek jadi nge-hits) oleh : Yuyun Anwar (praktisi tehnologi Olahan Pangan)

BISNIS AYAM GEPREK ITU PALING MUDAH DAN PALING UNTUNG SE INDONESIA LOH !
(Cerita sederhana membuat geprek jadi nge-hits)
oleh : Yuyun Anwar (praktisi tehnologi Olahan Pangan) 

Fenomina Ayam Geprek menjadi bahan pembicaraan. Dalam satu hari saja bermunculan orang membuka aneka olahan bisnis geprek baik dari kaki lima sampai versi resto mewah (halaaa bener loh hotel mewah pun sekarang mengeprek ayamnya). Dari pemula usaha karena PHK sampai artis baik yang mulai meredup sampai yang sedang naik daun mulai eksis di “geprek” nasional. Dari harga lima ribu sampai tiga puluh ribupun bisa didapatkan.

Sempat terkaget kaget sih, dari cara ala franchise franchisean sampai sistem mitra yang lagi naik daun digunakan untuk menggerakan pertumbuhan
bisnis kuliner sampai gaya ala syar’I atau bagi hasil, apapun lah, saya sempat menemukan brosur ayam geprek dilepas dengan ala franchise 10 juta dengan mendapatkan bahan sekian porsi untuk grand opening. Wiih seru banget kayaknya, sebuah “brand” dijual begitu murahnya .  semuanya sedang berlari mengusung geprek. Duh Ayam memang begitu fenominal ya….

Ayam geprek, bisa jadi ngehits setelah munculnya fenomina tempet penyet era krisis moneter lalu disusul sambung menyambung ke ayam penyet, lalu digeprek,lalu digepuk, lalu ditumbuk. Semua menunjukkan sebuah proses dimana ayam “dirusak fisiknya dan mencampurkan dengan sambal”. Menu sebenarnyanya sih Ayam goreng dan sambal. Agar terlihat ngehits dan mudah dikenal lalu fisik ayam dirusak dimana perusakan secara sengaja sebagai bagian dari proses ritual akan menghasilkan komposisi menu, penampilan, taste, warna dan bentuk menjadi unik dan berbeda dengan pesaing. Jadilah geprek yang begitu ngehits diantara teman teman ayam lainnya.

Mengapa Geprek ayam begitu mudah diterima di Indonesia ? . Alasan sederhana bahwa orang geprek plus nasi adalah makanan utama sehingga bisa dikonsumsi tiga kali sehari. Tidak ada batasan mau sarapan, maksi atau makan malam bisa ayam geprek.  Penduduk Indonesia sangat menggemari ayam dengan protein tinggi yang gurih apalagi dengan tambahan sambal yang adiktive pedas membuat makanan ini dirindukan dan menciptakan ketergantungan yang tinggi. Sambal ?, siapa sih tidak rindu ?. Jadi bisa dipastikan bisnis ayam geprek itu kebutuhan utama dengan pasar yang luar biasa besar.
Entry barrier ?. Bisnis ayam geprek itu mudah banget, ibarat Cuma punya cobek, ayam, sambal dan nasi sudah bisa dijual. Tidak perlu kursus khusus untuk membuat ayam geprek. Bahan baku ada dimana mana. Begitu sederhana kan. Wajar dengan mudah bertaburan  ala franchise atau kemitraan karena begitu dibuka langsung ramai dan pasarnya gede.
Membuat perbedaan dalam geprek berdasarkan keunggulan fisikpun begitu mudah, misal geprek kekinian diberi mozarela, saus modern atau toping yang terlihat up to date sehingga tampil modern. Geprekpun diberi nama yang lucu, ngehits sampai nama alay alay yang membuat kita tersenyum dan mengingatnya. Begitulah, kreatifitas memang diperlukan untuk keluar dari kerumunan pasar yang mulai berdarah.

Begitu popularnya ayam geprek ini, resto ala kelas dunia pun mulai KFC atau MC Donald mulai juga “mengeprek” ayamnya. Benarkah mereka latah atau ada strategi khusus menanggapi geprek ayam?. Apa benar sih pasar nya “tercuri” secara tidak langsung. Kok sampai segitunya semua seolah sedang idola dengan geprek ayam. Banyak yang sukses dan meraup untung dengan cepat tapi di balik itu cerita miris geprek ayam tidak laku memang jarang di ungkap. Banyak yang tumbang di bulan ke tiga, kecewa karena ambil franchise dengan omzet yang makin menurun drastic, sukses setahun tapi kemudian stagnan tidak bergerak atau bahkan berumur lima tahun tapi omzet begitu saja. Hanya bertahan.

Ada cerita sedih pengusaha ayam geprek yang lokasinya berdekatan dengan kampus,awal dengan iming iming harga murah pembeli pun berjubel tapi begitu geprek kaki lima mulai tumbuh bak jamur maka hilanglah para mahasiswa itu pindah. Mencari value murah,kenyang dan masuk akal untuk taste yang di terima. Sedih karena tidak tahu kenapa pembelinya kok mudah pindah, sedih karena ayam geprek sebelah banting harga.

Memang jarang yang cerita soal gagalnya usaha, bikin nyesek dan kesal. Banyak alasan mengapa berbisnis kuliner cepat buka cepat tutup. Buka tutup buka tutup mirip fenomina mirip balon yang ditiup dan ditekan kanan kiri, tet toot tet toot………. udara pindah ke bagian kanan dihembus udaranya. Begitulah pasar kuliner, bisa jadi pasarnyanya tetap, volume udara di balon tetap, pembeli hanya berpindah, maka udara ditiup pindah kanan kiri sesukanya. Berat dong kalau begitu.

Ayam geprek fenominal itu, hari ini bisa jadi yang ngtrend milik artis itu, eh lusa milik politisi atau pengusaha muda yang lagi naik daun. Dan, geprek si artis jadi kempis, yang gede milik politisi. Sungguh situasi bisnis yang tidak enak banget.  Tapi mengapa beberapa bisnis kelas dunia , meski ada geprek ayam yang membahana, bisnisnya tetap baik baik saja. Tetap profit, bukan tiga bulan,puluhan tahun bahkan ratusan brand mereka tetap eksis. Ada geprek atau tidak menu mereka tetap sustain. Siapa sih yang tidak tahu MC Donald, KFC, AW, PHD atau resto chain kelas dunia lain meski terlihat ikutan “nggeprek” tapi bisnis mereka  aman aman saja loh. Membesar dengan sustain dan profitable. Bukan membesar dengan membawa kerugian dan kebangkrutan. Istilah yang lagi ngetrend adalah scale up. Membuat usaha jadi berkembang. Bisa dengan horizontal atau vertical. Membesarkan usaha resto yang sustain bertahan lama bisa dengan menambah pendapatan atau buka cabang. Nah mana yang dipilih ? Semua bisa saja tapi harus benar benar tepat.

Membuat konsep bisnis resto,warung, kafe ,kantin atau katering yang pokoknya bisnis kuliner itu perlu ilmu dan manajemennya sehingga tidak hapus oleh hujan sehari saja lalu hilang namanya. Banyak buku dan para ahli membahas tentang strategi dan manajemen resto yang sustain berdasarkana keahlian tapi bisa jadi mereka belum menghasilkan “wisdom” yakni pengalaman yang bisa menjadi best practice langsung focus pada solusi.

Di Seminar SCALE UP CARA RESTO KELAS DUNIA TANGGAL 16-17  desember 2017 di Malang, Yang lagi galau karena ingin buka Ayam geprek tapi persaingan berat, Mampet karena bisnis Ayam Gepreknya diserang habis oleh pendatang baru atau ingin cari solusi tehniknya biar ayam geprek tetap enak dan sustain. Bukan hanya tehnis, tapi konsep bisnis resto cara kelas dunia bisa digunakan untuk memberikan solusi. Yang Scale up perlu ilmunya, yang buka baru juga harus memahami medan tempurnya. Apa hanya untuk para pengusha geprek saja ? . Tidaklah, semua pebisnis kuliner yang ingin usahanya sustain dan profit. 

0 komentar